Pacaran Lalu Sok Suci Ingin Putus Dulu Saat Ramadhan, Bagaimana Pandangan Buya Yahya?

Ada Orang Pacaran Lalu Sok Suci Ingin Putus Dulu Saat Ramadhan, Bagaimana Pandangan Buya Yahya?Buya Yahya adalah seorang ulama yang dikenal luas di Indonesia. Di sela sela kesibukannya sebagai pengasuh LPD Al Bahjah, beliau sering memberikan tausiah atau ceramah agama dengan berbagai tema yang relevan dengan kehidupan manusia modern. Salah satu tema yang sering dibahas oleh Buya Yahya adalah menata hati kita kepada Allah dan sesama manusia.

Banyak Yang Hijrah Tapi Masih Maksiat

Dalam sebuah video yang diunggah di Youtube milik Buya Yahya, beliau membahas tentang bagaimana kita harus menata hati kita kepada Allah dan sesama manusia. Ia menanggapi situasi di mana banyak anak muda mengaku telah hijrah atau menata hatinya kepada Allah, tetapi masih menormalisasi maksiat.

Contohnya, saat memasuki bulan Ramadan, ada yang pacaran dan bilang putus dulu, nanti balik lagi setelah bulan Ramadan. Beberapa orang mungkin akan menganggap hal seperti ini adalah hal yang buruk, menormalisasi maksiat , suatu keburukan, sok suci dan sebagainya. Namun dengan kebijaksanaan dan sifat menyejukkan dari Buya Yahya, beliau mempunyai pandangan lain tentang hal ini.

Pendapat Menyejukkan dari Buya Yahya

Ya betul, hal tersebut merupakan tindakan menormalisasi maksiat, saat puasa tidak pacaran dulu, namun setelah puasa kembali bermaksiat berpacaran kembali. Namun menurut Buya Yahya, hal yang lebih penting adalah bagaimana kita menata hati kita kepada Allah dan sesama manusia. Buya Yahya mengatakan bahwa kita harus melihat orang dari sisi positifnya, bukan sisi negatifnya.

Misalnya, jika ada orang yang memakai jilbab saat bekerja tetapi tidak memakainya saat tidak bekerja, kita harus tetap bersyukur karena setidaknya ia masih memakai jilbab. Demikian juga jika ada orang yang hanya memakai jilbab saat Ramadan, kita harus tetap bersyukur karena setidaknya ia masih menghormati Ramadan. Sama seperti orang yang berpacaran tadi, setidaknya kita dapat melihat sisi positif orang tersebut yang masih mau menghargai Ramadhan, jangan melihat sisi negatifnya. Tugas kita adalah mendoakan orang tersebut semoga mendapat hidayah dan menjadi lebih baik, bukan menghakiminya.

Ada orang pacaran lalu sok suci ingin putus dulu saat ramadhan, bagaimana pandangan Buya Yahya?

Tantangan Hijrah Seseorang Itu Berbeda-beda, Lihat Sisi Positifnya

Buya Yahya juga menekankan bahwa kita tidak boleh membanding-bandingkan antara satu orang dengan yang lainnya. Misalnya, mana yang lebih baik, orang yang menutup aurat tetapi tidak salat atau orang yang salat tetapi tidak menutup aurat.

Hal ini tidaklah relevan karena setiap orang memiliki jalan hidup dan perjuangannya masing-masing. Yang lebih penting adalah kita harus memandang orang dengan sisi positifnya dan memohon kepada Allah agar orang tersebut menjadi lebih baik.

Buya Yahya juga mengajarkan agar kita harus memandang hijrah seseorang dengan sisi positifnya. Janganlah kita terlalu mempermasalahkan masalah kecil yang mungkin masih terjadi pada diri orang yang hijrah.

Misalnya, ada seseorang yang sudah hijrah, tetapi terkadang masih melenceng dalam menjalankan agama. Kita tidak perlu menghakimi atau mempersoalkan kecil-kecilan itu, yang lebih penting adalah kita memandang hijrah orang tersebut secara positif dan mendukungnya agar semakin kuat dalam menjalankan agama.

Hal ini penting karena tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Kita semua pasti memiliki kekurangan dan kesalahan. Yang lebih penting adalah kita belajar untuk memandang orang dengan sisi positifnya dan berusaha untuk memperbaiki diri kita sendiri.

Kesimpulan

Dalam kesimpulannya, Buya Yahya mengajarkan kita untuk menata hati kita kepada Allah dan sesama manusia dengan melihat orang dari sisi positifnya, bukan sisi negatifnya. Kita tidak boleh membanding-bandingkan antara satu orang dengan yang lainnya, melainkan harus menerima perbedaan dan memperbaiki diri sendiri. (Ikuti Program Infaq Orang Tua Asuh Santri Al Bahjah, klik disini )

Kita juga harus memandang hijrah seseorang dengan sisi positifnya dan memberikan dukungan untuk menjadi lebih kuat dalam menjalankan agama. Karena pada akhirnya, menata hati kita kepada Allah dan sesama manusia adalah tentang mengembangkan rasa empati, kasih sayang, dan rasa kebersamaan dalam hidup kita.

Semoga kita dapat mempraktikkan ajaran yang diajarkan oleh Buya Yahya dan menjadi manusia yang lebih baik dan bermanfaat bagi lingkungan sekitar kita. (admin)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *