Seperti yang kita ketahui bahwa pada tahun ini, penetapan hari raya Idul Adha memiliki perbedaan antara Indonesia dan Arab Saudi. Dalam sebuah video yang diunggah oleh youtube Al Bahjah TV, terdapat seorang jamaah yang bingung karena menurutnya ada pendapat ustad yang mengatakan bahwa berbeda dengan penetapan Hari Raya Idul Fitri yang diperbolehkan menggunakan rukyah dan hisab masing-masing wilayah, dalam penetapan Idul Adha, kita sebaiknya mengikuti pendapat ulama di Arab Saudi, dengan alasan bahwa patokannya adalah hari Arafah di Makkah, yang diikuti oleh pemimpin-pemimpin di sana. Baca sampai habis artikel Puasa Arafah & Idul Adha Ikut Arab Saudi atau Ikut Pemerintah? | Buya Yahya.
Kenapa tanggal jatuhnya hari raya idul adha di indonesia berbeda dengan di Arab Saudi? apakah ada kepentingan pemerintah disini? tanya seorang jamaah pada Buya Yahya. Lantas , bagaimana tanggapan Buya Yahya ?
Perbedaan penetapan hari raya idul adha ini juga menimbulkan kekhawatiran bagi sebagian umat Muslim, terutama ketika ingin melaksanakan puasa Arafah sesuai dengan penanggalan di indonesia, maka tanggal sembilan Dzulhijjah di Indonesia akan bertepatan dengan tanggal 10 dzulhijah di Makkah. Dimana seperti kita ketahui bahwa berpuasa ketika tanggal 10 dzulhijah atau ketika hari raya Idul Adha adalah haram hukumnya.
Dalam menjawab pertanyaan ini, Buya Yahya memberikan penjelasan bahwa seringkali kita bingung dan terjadi kebingungan karena sebagian orang menghadirkan sesuatu yang sebenarnya sudah jelas menjadi tidak jelas lagi. Menurutnya, masalah penetapan hari raya Idul Adha tidak berbeda dengan masalah penetapan hari raya Idul Fitri. Perbedaan pendapat para ulama tentang penanggalan 1 Syawal (Idul Fitri) dan 1 Dzulhijjah (Idul Adha) sudah menjadi hal yang biasa. Jadi, tidak perlu mempermasalahkan perbedaan tersebut. Jika seseorang mengikuti Mazhab Syafi’i dan berada di Indonesia, maka ia dapat berpuasa Arafah pada tanggal sembilan bulan Dzulhijjah di Indonesia. Lebih jelasnya bisa simak video dibawah ini :
Buya Yahya juga menegaskan bahwa perbedaan penetapan hari raya Idul Adha tidak hubungannya dengan pemerintah atau kepentingan politik. Hal ini adalah masalah fikih (ilmu hukum Islam) yang telah dibahas oleh para ulama sejak lama. ( Baca juga : Perbedaan Kurban Nazar dan Kurban Sunnah | Buya Yahya )
Buya Yahya juga menekankan agar perbedaan pendapat tidak menjadi sebab untuk mempersempit pandangan dan menimbulkan perselisihan di antara umat Muslim. Ia mengingatkan agar kita menjaga persaudaraan dan kerukunan di antara umat. Jika seseorang memilih untuk mengikuti penetapan Saudi Arabia, itu sah begitupula jika kita mengikuti penetapan tanggal dzulhijah sesuai dengan pemerintah indonesia. Tidak ada masalah dalam perbedaan ini, dan yang penting adalah menjaga kedamaian.
Perbedaan dalam penetapan hari raya Idul Adha bukanlah hal baru dan sudah ada sejak lama. Sebagai umat Muslim, kita perlu memahami bahwa perbedaan ini dapat terjadi dan tidak perlu menjadi sumber konflik. Umat Islam harus menjaga hubungan saling menghormati dan memprioritaskan kerukunan dalam menghadapi perbedaan penetapan hari raya Idul Adha. (Admin)