Hari Santri 2025: Mengawal Merdeka, Menjaga Adab
- account_circle M. Khoiruzzadittaqwa
- calendar_month Sel, 21 Okt 2025
- visibility 317
- comment 0 komentar

Merayakan Hari Santri, Mengingat Kemerdekaan RI, Buya Yahya. Al-Bahjah Cirebon
Tahun 2025 menjadi tahun istimewa. Indonesia genap 80 tahun merdeka. Mengiringi momentum itu, Al-Bahjah menyelenggarakan Maulid Nabi & Silaturahim Akbar (31/8/25), dan memperingati Hari Santri Nasional pada 29 Rabiul Akhir 1447 H. / 22 Oktober 2025.
Tiga momentum ini seolah saling menyapa dan berpesan kepada bangsa ini: kemerdekaan yang sejati hanya akan hidup bila dijaga dengan ilmu dan adab.
Tema Hari Santri tahun ini, “Mengawal Indonesia Merdeka, Menuju Peradaban Dunia”, bukan sekadar slogan seremonial.
Tema yang mengingatkan bahwa kemerdekaan tidak berhenti pada tanggal dan bendera, namun harus tumbuh menjadi peradaban, dan di titik inilah peran santri, ulama, serta pesantren kembali mendapat tempat yang sangat penting.
“Pondok pesantren adalah benteng terakhir,” pesan Buya Yahya dalam Maulid Akbar dan Silaturahim Satu Hati di Al-Bahjah, 7 Rabiul Awal 1447 H / 31 Agustus 2025.
Kalimat itu bukan sekadar nostalgia, tetapi peringatan. Ketika pondok-pondok mulai kehilangan makna, bangsa ini berisiko kehilangan arah.
Mari kita pelajari lebih lanjut.
- Santri dan Ulama: Akar Kemerdekaan Bangsa
- Maulid Nabi dan Kesadaran Kolektif
- Isu dan Tantangan Pesantren Hari Ini
- Filosofi Hari Santri 2025
- Jiwa Santri di Era Digital
- Menjaga Merdeka dari Dalam Diri
Santri dan Ulama: Akar Kemerdekaan Bangsa
Sejarah mencatat, kemerdekaan Indonesia tidak lahir dari ruang kosong, tapi diperjuangkan oleh banyak tokoh yang lahir dan tumbuh dari pesantren.
Resolusi jihad tahun 1945 menjadi bukti bagaimana semangat keagamaan mampu menyalakan keberanian melawan penjajahan.
Kini, setelah delapan puluh tahun merdeka, jumlah pesantren di Indonesia terus bertambah. Data Kementerian Agama tahun 2024 mencatat ada lebih dari 42 ribu pondok pesantren yang tersebar di seluruh penjuru negeri. Di dalamnya, jutaan santri menimba ilmu, menanamkan akhlak, dan membangun karakter bangsa.
Pesantren bukan hanya tempat mengaji, tetapi juga pusat pembentukan watak dan disiplin hidup. Penelitian-penelitian pendidikan menegaskan bahwa sistem pondok telah terbukti membentuk kepribadian tangguh, sabar, dan mandiri, sesuatu yang sangat dibutuhkan di era modern yang serba cepat dan rapuh.
Maulid Nabi dan Kesadaran Kolektif
Peringatan Maulid Akbar 1447 H. di Al-Bahjah tahun ini membawa pesan dari Prof. Dr. Abdullah Bin Muhammad Baharun, rektor besar Universitas Al-Ahqof Yaman, yang diantaranya juga mengingatkan bahwa cinta kepada Rasulullah ﷺ tidak hanya diucapkan, tapi harus melahirkan cinta kepada sesama dan kepada negeri.
Dari pondok-pondoklah cinta itu dipelihara. Dari majelis ilmu lahir generasi yang tidak hanya beribadah, tapi juga membangun masyarakat dengan akhlak.
Maka, ketika kita memperingati Maulid Nabi, sejatinya kita juga sedang memperingati sumber segala cinta dan peradaban.
Cinta yang membuat manusia berbuat baik tanpa pamrih. Cinta yang membuat bangsa ini tetap hidup meski diuji oleh zaman.
Isu dan Tantangan Pesantren Hari Ini
Namun di tengah semangat itu, muncul pula tantangan baru. Isu-isu negatif tentang pesantren mudah menyebar di media sosial.
Kasus individu sering dijadikan bahan untuk mengeneralisasi seluruh lembaga. Akibatnya, muncul pandangan keliru seolah pesantren adalah dunia tertutup yang harus dicurigai.
Padahal, pesantren adalah bagian dari solusi. Pesantren menampung jutaan anak muda dari berbagai lapisan masyarakat, memberi mereka arah dan nilai.
Dalam laporan DataReportal 2025 disebutkan bahwa lebih dari 212 juta orang di Indonesia kini aktif menggunakan internet. Ini artinya, medan perjuangan pesantren hari ini bukan hanya di bilik belajar, tetapi juga di ruang digital.
Narasi positif tentang santri dan ulama perlu diperbanyak. Literasi digital perlu diperkuat agar pesantren bisa tampil bukan sebagai peninggalan masa lalu, melainkan sebagai penjaga moral masa depan.
Filosofi Hari Santri 2025
Logo Hari Santri 2025 menggambarkan “pita cakrawala” yang membentang dari timur ke barat. Warna merah putih melambangkan semangat nasionalisme, hijau menandakan kesejukan iman, dan cahaya di tengahnya menjadi simbol ilmu yang menerangi dunia.
Filosofi ini sejalan dengan pesan besar peringatan tahun ini: santri tidak hanya menjaga Indonesia yang merdeka, tetapi juga membawa nilai-nilai luhur bangsa ke kancah global. Santri harus terbuka, adaptif, dan mampu berbicara dengan bahasa zaman tanpa kehilangan adab.
Jiwa Santri di Era Digital
Zaman berubah, tapi jiwa santri tidak pernah kehilangan arah.
Jika dulu para santri menyalakan pelita dari bilik-bilik pesantren, kini mereka membawa cahaya itu ke ruang digital yang tak berbatas.
Santri masa kini tidak lagi hanya duduk di serambi dan halaqah. Ia hadir di forum daring, di ruang diskusi, di konten yang menebar ilmu dan akhlak. Dunia boleh berpindah ke layar, tapi adab tetap menjadi pondasi.
Bagi para alumni, asatidz, dan pengurus pesantren, ruang digital bukan ancaman, melainkan ladang dakwah dan pendidikan baru. Dari sini kita bisa menanamkan nilai keikhlasan, kejujuran, dan tanggung jawab, di tengah derasnya arus informasi yang sering kehilangan arah.
Jihad santri hari ini tidak lagi mengangkat bambu runcing, tetapi pena, ide, dan kode. Mereka yang dulu menulis di kertas, kini menulis di ruang maya. Mereka yang dulu menyampaikan di mimbar, kini menyapa lewat layar.
Namun ruhnya tetap sama:
Tawadhu di hadapan ilmu, jujur dalam perjuangan, sabar dalam pengabdian, dan teguh menjaga marwah pesantren.
Menjadi santri di era digital bukan sekadar melek teknologi, tapi mampu menyalurkan hikmah di tengah bisingnya dunia. Bukan sekadar aktif di media sosial, tapi hadir dengan niat menebar manfaat.
Karena sejatinya, siapa pun yang masih menjaga adab, haus akan ilmu, dan berjuang memperbaiki diri, itulah yang disebut berjiwa santri.
Menjaga Merdeka dari Dalam Diri
Kemerdekaan sejati bukan hanya soal bebas dari penjajahan, tetapi bebas dari kebodohan, kebencian, dan kehilangan arah. Dan kebebasan semacam itu hanya bisa dijaga oleh mereka yang berilmu dan beradab.
Pondok pesantren telah membuktikan diri sebagai penjaga keseimbangan antara iman dan kebangsaan. Dari sana lahir generasi yang mencintai Rasulullah ﷺ, menghormati ulama, dan mengabdi kepada negeri tanpa pamrih.
Buya Yahya pernah berkata, jika pondok pesantren hilang, hilanglah arah bangsa ini. Maka menjaga pondok, berarti menjaga Indonesia.
Cinta Rasul, cinta ilmu, dan cinta negeri, tiga hal yang seharusnya terus kita rawat di setiap sanubari. Karena dari cinta itulah kemerdekaan menemukan maknanya yang paling dalam.
Mari teruskan cahaya ini bersama. Cahaya ilmu dan cinta Nabi ﷺ tidak berhenti di majelis, tapi terus mengalir di hati.
Bergabunglah di Saluran WhatsApp kami, tempat berbagi inspirasi, nasihat ulama, info kegiatan bermanfaat, dan kisah perjuangan pesantren.
Sumber Referensi
Kementerian Agama Republik Indonesia. (2024). Sudah saatnya diwujudkan Direktorat Jenderal Pondok Pesantren. Diakses dari https://kemenag.go.id/opini/sudah-saatnya-diwujudkan-direktorat-jenderal-pondok-pesantren-lnCxK
Katadata Insight Center. (2023). Ada lebih dari 30 ribu pesantren di Indonesia, ini sebarannya. Diakses dari https://databoks.katadata.co.id/pendidikan/statistik/7743406f18dc7ae/kemenag-ada-lebih-dari-30-ribu-pesantren-di-indonesia-ini-sebarannya
Detik.com. (2025, 17 Oktober). Tema Hari Santri 2025, slogan, logo, dan susunan upacara lengkap. Diakses dari https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-8169137/tema-hari-santri-2025-slogan-logo-dan-susunan-upacara-lengkap
IDN Times. (2025). Makna logo Hari Santri 2025: Mengawal Indonesia Merdeka, Menuju Peradaban Dunia. Diakses dari https://www.idntimes.com/life/inspiration/tema-hari-santri-2025-q9t04-00-6sxgf-x2yszf
DataReportal. (2025, Februari). Digital 2025: Indonesia — The essential guide to the digital landscape. Diakses dari https://datareportal.com/reports/digital-2025-indonesia
Riset IAI Darussalam. (2024). Peran pesantren dalam pembentukan karakter santri di era digital. Jurnal Pendidikan Islam, IAI Darussalam. Diakses dari https://riset-iaid.net/index.php/jppi/article/view/2173/1061
RSIS – Nanyang Technological University. (2023). Navigating pro-JI pesantrens in Indonesia: Understanding the roots and reform. Diakses dari https://rsis.edu.sg/rsis-publication/rsis/navigating-pro-ji-pesantrens/
Buya Yahya. (2025). Ancaman terhadap pondok pesantren. [Video Maulid Akbar 1447 H]. Diakses dari https://youtu.be/lgzXXTJBdkI?si=fZIqKMLK2R5g1jp1
Siswanto, B. (2025). HUT ke-80 RI 2025: Merdeka dengan menjadi juru damai. Diakses dari https://news.radioqukuningan.com/informasi/pelaksanaan-upacara-kemerdekaan-ri-ke-80-di-lpd-al-bahjah/
Penulis M. Khoiruzzadittaqwa
Admin & Writer, specializing in web journalism, fullstack digital marketing, branding strategy, and Islamic educational content. More: https://kontak.link/muhzadit



Saat ini belum ada komentar