Bangil, Jawa Timur – Dalam rangka meningkatkan kualitaspendidikan dan pengelolaan kelembagaan, Qism TarbiyahSubdivisi Tafaqquh Al-Bahjah melaksanakan kunjungan kePondok Pesantren Darullughah Wadda’wah, Bangil, Pasuruan, pada Jumat, 10 Rajab 1446 H (10 Januari 2025). Kegiatan inibertujuan untuk mempelajari sistem manajemen pendidikan, kurikulum, serta program-program unggulan yang diterapkan di pesantren tersebut.
Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah dikenal luas sebagailembaga pendidikan yang unggul dalam mencetak generasiIslami yang kompeten, khususnya di bidang agama dan bahasaArab. Tim dari Subdivisi Tafaqquh Al-Bahjah disambutlangsung oleh Ustadz Ismail Ayyub, Ketua Kesantrian yang bertanggung jawab atas pendidikan dan pembinaan santri. Sambutan hangat dimulai dengan komunikasi via WhatsApphingga penyambutan di lokasi pesantren, di mana diskusiberlangsung di ruang khusus Ustadz Ismail.
Kunjungan ini memberikan banyak wawasan berharga terkaitpengelolaan dan sistem pendidikan di Pondok PesantrenDarullughah Wadda’wah. Salah satu poin utama adalah proses seleksi santri baru yang menitikberatkan pada kemampuanmembaca Al-Qur’an sebagai syarat utama.
Calon santri yang belum memenuhi standar akan menjalani pembinaan tambahandi pondok alumni atau pesantren mitra sebelum diterima. Sistem manajemen pesantren juga menarik perhatian, dengan kebijakanunik berupa penahanan ijazah formal selama dua tahun setela hkelulusan. Hal ini dilakukan untuk memastikan santri tetapberkontribusi aktif di pesantren selama periode tersebut.
Lingkungan pesantren yang mendukung penguasaan bahasaArab juga menjadi salah satu daya tarik utama.
Program intensifuntuk santri pemula berlangsung selama tiga bulan pertama, dengan fokus pada penguasaan mufrodat (kosakata) danmuhawarah (percakapan). Pengawasan penggunaan bahasa Arab dilakukan secara konsisten di kamar dan kelas, dengandukungan para asatidz yang juga diwajibkan berbicara dalambahasa Arab di lingkungan pesantren.
Selain itu, pesantren memiliki program tahfidz Al-Qur’an yang bersifat opsional, dengan target minimal hafalan dua juz. Santriyang mengikuti program ini mendapatkan pembinaan khusus, namun tetap mengikuti kegiatan kepondokan lainnya. Dalam halkedisiplinan, pesantren menerapkan sanksi tegas, seperti skorshingga enam bulan bagi pelanggaran berat. Para lulusan jugadiwajibkan menjalani masa pengabdian selama satu tahunsebagai bentuk khidmah kepada pesantren.
Pengelolaan sumber daya manusia yang memadai menjadifaktor pendukung utama keberhasilan program-program tersebut. Dengan sistem yang terstruktur dan tenaga pengajaryang kompeten, pesantren mampu mengelola pendidikan danpembinaan santri secara optimal, sehingga menciptakan generasiIslami yang unggul dan kompeten di bidang agama maupunbahasa Arab.
Hasil dari kegiatan kunjungan ini memberikan banyak pelajaranberharga bagi Qism Tarbiyah Subdivisi Tafaqquh. Program unggulan seperti lingkungan berbahasa Arab, sistem seleksiberbasis bacaan Al-Qur’an, serta pengelolaan SDM yang efektifdapat menjadi inspirasi untuk diterapkan sesuai dengan kondisidi lembaga ini.
Kegiatan ini diharapkan mampu memberikan dampak positifdalam pengembangan mutu pendidikan dan pembinaan santri di lingkungan Subdivisi Tafaqquh Al-Bahjah. Semoga ilmu danpengalaman yang diperoleh dapat menjadi langkah awal menujuperbaikan yang lebih baik di masa depan.